KPMLhulondalo.com Artikel ini dipersembahkan untuk Kabupaten Pohuwato yang berulang tahun ke-21 hari ini. Ulasannya bersifat deskriptif. Semoga tidak mengurangi minat pembaca, khususnya putra-putri Kabupaten Pohuwato. Lebih khusus mereka pegiat literasi di Kabupaten Pohuwato.
Tulisan ini pula sudah pernah dimuat di media kronologi.id pada tanggal 4 Oktober 2019. Karena kepentingan literasi, maka disuguhkan lagi. Selanjutnya selamat membaca.
1. Historis, Potensi dan DinamikaSecara etimologi kata Pohuwato terdiri dari kata Le Huato (menabrak), Hua-Huato (melakukan perjalanan panjang). Jadi, kata Pohuwato merupakan perjalanan panjang yang mulia, atau juga perjalanan yang memiliki niatan baik dan suci. Terlepas dari dinamika yang menyertainya, Pohuwato terbentuk menjadi satu kabupaten baru berdasarkan UU No. 6 tahun 2003.
Seiring asal usul nama Pohuwato dan legasinya, yang pasti Pohuwato adalah anugrah Tuhan untuk masyarakatnya terutama yang hidup dan tinggal di wilayah Paguat, Dengilo, Marisa, Patilanggio, Duhiadaa, Buntulia, Randangan, Taluditi, Wanggarasi, Lemito, Popayato Barat, Popayato Timur dan Kecamatan Popayato. Anugrah ini patut diterima dengan ikhlas, disyukuri dengan iman dan ikhsan serta dikelola secara wajar dan berkelanjutan demi anak cucu kedepan.
Pohuwato adalah warisan yang harus dijaga, karena di sinilah warganya hidup dan tinggal melangsungkan seluruh aktifitas-produktif. Pohuwato memberi harapan kepada warganya untuk maju, berkembang dengan optimis dan kerja yang cerdas.
Pohuwato memberi tantangan kepada warganya jika ingin maju maka hal yang dilakukan adalah dengan kerja keras. Menggunakan segala potensi yang ada baik potensi materil maupun potensi imateril. Pendeknya, Pohuwato bukan hanya kata sifat, benda mati ataupun dzat yang statis, melainkan ruang yang dinamis dan berkembang sesuai waktu serta konteksnya.
Berkembang tidaknya Pohuwato tergantung pada proses pembangunan serta sumber daya yang mendukungnya. Sumber daya itu cukup tersedia di Pohuwato. Pohuwato memiliki hamparan laut yang menyediakan potensi kelautan dan perikanan, lahan perkebunan dan pertanian, hutan yang luas, pertambangan, berbagai sumber usaha dan jasa, destinasi wisata yang luar biasa uniknya, fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai.
Relasi sosial yang mengedapankan semangat kolektifitas, walaupun sering terjadi dinamika antisosial (taraf tidak menghawatirkan). Jalan yang menghubungkan beberapa provinsi, suasana keberagamaan yang lumayan taat, serta stratifikasi sosialnya yang beragam.
2. Membaca Pohuwato
Membaca Pohuwato tidaklah cukup hanya mengandalkan bacaan statistik, walaupun angka-angka itu dianggap penting. Misalnya bacaan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pohuwato yang dikategorikan baik maupu sebaliknya. Aspek inovasi, network, kebijakan, SDM, anggaran dan budaya tak boleh diabaikan.
Titik tekannya pada mental kebudayaan. Sebab, sebagus apapun kebijakan, sesiap apapun SDM, sebanyak apapun anggaran tetapi jika mindset tidak berdasar pada budaya produktif, maka hasil dari pembangunan pasti dianggap kurang. Begitupun sebaliknya, sekurang apapun SDM, SDA dan anggaran, tetapi mindset dan budaya masyarakat baik, maka pembangunan akan baik pula.
Mindset dan budaya menentukan daerah atau negara akan maju. Kemajuan pembangunan tidak tergantung usia daerah maupun negara. Misalnya, Negara India dan Mesir yang berusia lebih dari 1000 tahun, tetapi negara ini terbelakang.
Ketersediaan SDA dari suatu daerah atau negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya ataupun miskin. Jepang memiliki area yang sangat terbatas 80% berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan.
Tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi dunia. Jepang laksana suatu negara “Industri Terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya.
Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat karena negaranya kecil dan hanya 11% daratannnya yang bisa ditanami, tetapi sebagai negara pembuat coklat terbaik di dunia. Swiss juga terkenal dengan produksi susu yang berkualitas. Nestle adalah salah satu perusahaan makanan dan susu yang berada di Swiss dan cukup diperhitungkan di dunia.
Mengapa Jepang dan Swiss yang memiliki keterbatasan lahan tetapi sangat diperhitungkan di dunia khususnya dalam bidang produksi hasil pertanian dan peternakan?. Jawabannya terletak pada mindset masyarakatnya yang telah dibentuk sepanjag tahun melalui kebudayaan dan pendidikan.
Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata mayoritas penduduknya sehari-hari mengikuti prinsip-prinsip dasar kehidupan diantaranya: Etika sebagai prinsip dasar dalam kehidupan sehari-hari; Kejujuran dan integritas; Bertanggungjawab; Hormat pada aturan atau hukum masyarakat; Hormat pada hak orang lain; Cinta pada pekerjaan; berusaha keras untuk menabung/investasi; mau bekerja keras; dan disiplin.
Gambaran di atas memberi inspirasi kepada daerah Pohuwato, bahwa dalam proses pembangunan yang terpenting adalah SDM dan penghayatan terhadap kebudayaan. Walaupun karakteristik Jepang dan Swiss berbeda dengan masyarakat Pohuwato pada umumnya, tetapi paling tidak konsistensi mereka terhadap prinsip-prinsip hidup perlu ditiru.
Selain itu, unsur pemimpin daerah juga sangat menentukan. Sebab korelasi antara pemimpin, pendidikan dan kebudayaan yang didasari oleh semangat historikal-kolektif serta spritual-religius merupakan kunci keberhasilan sebuah daerah, tidak terkecuali daerah Pohuwato.
Olehnya, diperlukan seorang pemimpin Pohuwato yang bukan hanya matang dalam pengetahuan, leadership, pengalaman tetapi mampu pula menggerakan semua potensi lokal Pohuwato, agar potensi dan nilai kebudayaan yang terdapat di dalamnya menjadi spirit dalam pembangunan daerah ini. Dirgahayu daerahku Kabupaten Pohuwato. Semoga jaya selalu.
Posting Komentar