Organisasi Kampus: Membangkitkan Semangat Transformasi

Oleh:
Aprijal Rajak

KPMLhulondalo.com Dewasa ini, perkembangan teknologi semakin pesat, yang mengharuskan kita untuk terus menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Meskipun dalam perkembangan teknologi ini terdapat dampak positif dan negatif bagi kehidupan kita.

Dalam perkembangan yang begitu cepat ini tentunya sangat berpengaruh dan memberi tantangan tersendiri dalam aktivitas kita, baik secara individu maupun dalam kehidupan berorganisasi. Hal ini bisa kita lihat pada fenomena kampus saat ini dan aktivitas mahasiswa yang makin luwes dan global, dimana interaksi antar mahasiswa tidak hanya terjadi di dalam lingkungan kampus tempat mereka belajar, akan tetapi justru lebih luas.

Konsekuensi dari pergaulan mahasiswa yang semakin dinamis tersebut berdampak pada pola pikir dan gerakan mahasiswa itu sendiri, yang dimana gerakan mahasiswa yang selama ini kita kenal bersifat ekslusif-ideologis, bertransformasi menjadi inklusif-kolaboratif.

Maka, dari fenomena dan situasi tersebut kiranya tidak salah jika hari ini kita bertanya, masih relevankah organisasi kemahasiswaan bagi mahasiswa itu sendiri?

Seperti yang sudah saya singgung sebelumya, adanya pergeseran ikatan interaksi antar mahasiswa yang dulunya aktif dalam gerakan-gerakan dengan mahasiswa hari ini. Misalnya, sebelumnya keterikatan agama menjadi hal utama untuk bergerak, hari ini berbeda dimana dengan adanya teknologi, agama bukan lagi hal utama dalam interaksi mahasiswa hari ini melainkan sebagai basis kedua atau ketiga. Karena mahasiswa hari ini bergaul dan berinteraksi dengan beraneka ragam mahasiswa, dengan berbagai macam latar belakang, baik di Indonesia maupun di luar Negeri, sehingga berakibat pada gerakan mahasiswa yang didasari pada ikatan dan interaksi seperti agama itu sudah kurang relevan.

Hal ini disebabkan juga wacana yang berbeda dengan mereka yang lahir dari gerakan, misalnya gerakan-gerakan mahasiswa angkatan tahun 90an dimana gerakan mahasiswa di tahun 90an memiliki setidaknya beberapa isu bersama seperti penggulingan Presiden kedua Republik Indonesia dan reformasi.

Namun hari ini hal itu berbeda, jika dulu wacana-wacana yang didengungkan bernuansa nasional, hari ini justru memiliki pola yang berbeda serta lebih luas dan global. Misalnya, wacana yang berkembang pada mahasiswa saat ini sifatnya green, seperti daur ulang sampah, penggunaan botol tumbler dan isu ramah lingkungan lainnya.

Selain isu-isu tersebut, isu global lainnya yang juga tidak kalah menyita perhatian mahasiswa hari ini, misalnya isu tentang kesetaraan gender, pemerataan pendidikan, pemanasan global atau akses air bersih. Sayangnya, isu-isu tersebut justru jarang di sentuh oleh organisasi-organisasi intra maupun ekstra kampus yang sudah mapan selama ini.

Organisasi kampus saat ini masih terlalu betah bertahan pada aktivitas-aktivitas ataupun kebiasaan-kebiasaan kolot (tidak moderen) dengan dalih menjaga kultur dan budaya organisasi. Masih mengamini tradisi-tradisi kumuh yang bagi saya sudah tidak relevan lagi dengan zaman yang begitu modern seperti saat ini.

Isu-isu yang dibawa oleh organisasi kampus yang sudah mapan saat ini juga masih berkisar tentang korupsi, tata kelola Negara yang baik dan isu birokrasi lainnya. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan hal ini, hanya saja wacana-wacana semacam itu kurang disukai oleh mahasiswa saat ini. Hal ini tentunya berdampak pada menurunnya minat mahasiswa untuk bergabung dan aktif dalam organisasi-organisasi kampus saat ini.

Menariknya, perbedaan wacana yang ada justru dimanfaatkan secara produktif oleh sebagian oknum mahasiswa hari ini. Kendati mereka tidak terlibat aktif dalam organisasi-organisasi kampus yang sudah mapan tersebut, justru banyak gagasan, komunitas bahkan inisiatif-inisiatif lahir dari mahasiswa hari ini.

Bisa kita lihat dari maraknya komunitas-komunitas yang dibangun oleh mahasiswa untuk menampung isu ataupun wacana mereka yang mungkin tidak difasilitasi oleh organisasi mahasiswa yang lebih dulu berkembang, baik organisasi bersifat kepemudaan, lingkungan, pendidikan, dan lain sebagainya.

Hal yang juga tidak kalah penting untuk dibahas dalam organisasi kampus saat ini adalah kebutuhan dari mahasiswa itu sendiri. Dengan maraknya isu wacana teknologi 4.0 dan sejenisnya, tentu tidak heran jika mahasiswa saat ini lebih aktif dalam wacana-wacana yang dapat membantu dirinya untuk lebih siap di masa mendatang. Seperti penguasaan teknologi.

Maka tidak heran jika belakangan kita melihat maraknya mahasiswa yang lebih pro aktif dalam inovasi teknologi daripada menjadi organisatoris dalam sebuah organisasi kampus. Tentu, selain merupakan tuntutan zaman yang terus berubah, bergerak dalam inovasi teknologi juga dianggap lebih menjanjikan dimasa depan di mana teknologi makin berperan penting dalam kehidupan umat manusia.

Secara pribadi saya yakin jika organisasi mahasiswa, baik internal maupun eksternal kampus, masih akan tetap bertahan dalam beberapa kurun waktu ke depan. Akan tetapi penting juga untuk teman-teman aktivis yang selama ini aktif dalam organisasi kemahasiswaan untuk lebih berpikir reflektif; apakah organisasi ini yang mahasiswa butuhkan hari ini?

Maka dari itu, ada baiknya bagi kita untuk sedikit mengubah dan memodifikasi pola gerak dan wacana selama ini. Misalnya, jika selama ini gerakan yang dilakukan di dalam organisasi masih cenderung eksklusif, cobalah untuk lebih fleksibel dan inklusif dengan membangun kolaborasi lintas sektor dan gerakan.

Berikut, menciptakan wacana-wacana yang lebih bervariasi dan up to date dengan apa yang sedang dibicarakan dunia saat ini. Dengan mengarus utamakan isu-isu global ke dalam agenda-agenda organisasi, tentu saja ini tidak melepaskan wacana utama yang selama ini diperjuangkan.

Juga membentuk keterampilan dan memberikan nilai tambah keilmuan yang akan dibutuhkan oleh mahasiswa dimasa mendatang. Misalnya, literasi teknologi dan media, penguasaan IT, serta isu-isu modern yang menjadi kebutuhan mahasiswa saat ini dimasa mendatang.

Adanya penguasaan isu-isu ataupun wacana global, penguatan interaksi kolaborasi yang inklusif, serta membentuk keterampilan yang dibutuhkan oleh mahasiswa dimasa mendatang akan menjadikan organisasi, baik intra maupun ekstra kampus, lebih kuat dan adaptif.

Karena memiliki basis nilai dan ideologi yang sudah mapan dan solid, ditambah dengan kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman yang fleksibel serta inklusif.

Penulis: Aprijal Rajak
Editor: Pebriyanto A. Hulinggi
Publish: KPMLhulondalo

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama