Oleh: Rasid Yunus
KPMLhulondalo.com Tulisan sederhana ini dipersembahkan sebagai refleksi kelahiran pancasila 1 Juni 2023. Secara singkat memuat tentang lahirnya pancasila, pandangan epistemologi tentang kebangsaan pancasila, serta nilai praksis pancasila. Selanjutnya selamat membaca.
Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang hari lahir pancasila merupakan dasar bagi masyarakat Indonesia merayakan hari lahir pancasila setiap tahunnya.
Keppres ini semacam memberi semangat, bahwa pancasila merupakan sesuatu yang berharga bagi Indonesia. Ada sentuhan sensitifitas-original kebudayaan di dalamnya. Maklum, tahun sebelumnya setiap tanggal 1 Juni tidak dirayakan.
Presiden Soeharto misalnya, saat itu lebih memilih merayakan hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober, sebagai tanda gagalnya Gerakan 30 September 1965, ketimbang merayakan 1 Juni sebagai hari lahir pancasila.
Dalam tafsiran rezim Orde Baru, 1 Juni 1945 bukanlah hari lahir pancasila, melainkan hari lahirnya istilah pancasila. Karena itu, 1 Juni boleh dirayakan juga sebaliknya. Kondisi ini dimaklumi, karena pilihan politik rezim saat itu kadang menghilangkan jejak historis Soekarno yang cukup berpengaruh pada kelahiran pancasila.
Jika menengok para tokoh yang berpengaruh pada kelahiran konsep kebangsaan pancasila, maka pantas mengurutkan Soekarno sebagai salah satu tokoh dibalik hadirnya kebangsaan pancasila, disamping tokoh lainnya.
Pemikiran Soekarno dalam meletakkan basis filosofis negara yang khas dan tidak ada pada filsafat negara yang lain di dunia. Sebagaimana dikemukakan oleh Kahin dan Dahm (Kahim, 1970), (Dahm, 1987).
Menurut Kahim dan Dahm bahwa perumusan pancasila yang dikemukakan oleh Soekarno merupakan konsepsi yang khas yang tidak ada pada pemikiran filsafat negara yang lain di dunia.
Pemikiran Soekarno itu merupakan sintesis dari demokrasi Barat, Islamisme, Marxisme, Nasionalisme Sun Yat Sen dan Humanisme Gandhi. Namun demikian pemikiran Soekarno juga mendasarkan pada causa materialis yang ada pada bangsa Indonesia sendiri.
Yang memuat tentang nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai kemanusiaan, semangat gotong royong, realitas etnis, serta nilai kebudayaan lainnya yang dianggap relevan.
Muhammad Yamin meletakkan perspektif nasionalisme Indonesia, dengan menggali nasionalisme Sriwijaya sebagai nasionalisme pertama, Majapahit sebagai nasionalisme kedua, yang dijelaskan dengan ciri kedatuan dan keprabuan.
Causa materialis pada sejarah budaya bangsa, seperti toleransi dalam kehidupan agama, demikian pula kebudayaan yang dalam sejarah memunculkan seloka dan slogan Bhineka Tunggal Ika.
Selain itu, akar sejarah bangsa juga melahirkan dan memberikan akar geopolitik dan geostrategi bangsa Indonesia, yaitu dengan munculnya istilah nusantara serta sumpah palapa (Kaelan, 2013).
Soepomo dalam mengungkapkan pemikirannya tentang negara Kesatuan Republik Indonesia melakukan kajian komparatif, yaitu pemikiran negara liberalis-individualis oleh Hobbes, Locke, Rousseau, Spencer, dan J. Laski yang mendasarkan negara pada “kontrak sosial”.
Sementara teori “golongan” dari negara (class theory) oleh Marx, Engles, dan Lenin. Sedangkan aliran lain adalah negara integralistik oleh Spinoza, Muller, dan Hegel (Kaelan, 2013).
Menurut teori ini negara tidak menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan. Namun demikian Soepomo menekankan pada paham integralistik yang dimiliki bangsa Indonesia yang menekankan pada semangat kebatinan, struktur kerokhanian tentang cita-cita persatuan hidup.
Konsepsi di atas mengantarkan pada nilai-nilai pancasila merupakan suatu realitas objektif yang ada pada bangsa Indonesia. Rumusan pancasila yang dikemukakan oleh Founding Fathers bangsa Indonesia secara objektif dikagumi oleh seorang ahli tentang Indonesia yaitu George Mc Kahin dari Cornell University USA.
Dalam bukunya “Natinalism and Revolution”, Kahin menyebut bahwa rumusan ideologi pancasila dungkapkan “pancasila is the best expositio of history I have ever seen”.
Nilai filosofis yang terkandung dalam pancasila juga diapresiasi oleh filsuf Inggris, Bertrand Russel yang dikatakan bahwa pancasila merupakan suatu sintetis kreatif antara Declaration of American Indepence (yang merepresentasikan ideologi demokrasi kapitalis), dengan manifesto komunis (yang merepresentasikan ideologi komunis) (Kaelan, 2013).
Selain itu, pandangan terhadap filsafat pancasila juga dikemukakan oleh Rutges bahwa dari semua negara-negara Asia Tenggara, Indonesialah yang dalam konstitusinya, pertama-tama dan paling tegas melakukan latar belakang psikologis yang sesungguhnya dari semua revolusi melawan penjajah.
Konsepsi dan pengakuan terukur dari para ahli di atas, menegasikan bahwa pancasila merupakan suatu dasar dan ideologi yang memiliki makna yang luar biasa. Jadi berbicara pancasila bukan hanya berbicara sebab hadirnya, proses panjang di BPUPKI dan PPKI, sila, nilai, serta butir.
Tetapi menghadirkan pendekatan epistemologi menjadi sesuatu keharusan. Karena itulah para ilmuan seperti Kahm, Dahm, Bertrand Russel, dan Rutges tidak ragu meletakkan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yang memiliki basis epistemologi yang matang.
Mengertinya, apa yang digali oleh Soekarno, Muhammad Yamin, Soepomo dan lain-lain merupakan karya yang fenomenal, yang lahir dari proses imajinasi, fakta, dan sejarah panjang kebangsaan Indonesia.
Dalam prakteknya, kita merindukan pelaksanaan pancasila dalam keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Meskipun pada faktanya, pelaksanaan pancasila secara murni dan konsekuen masih menjadi tanda tanya di setiap orde pemerintahan.
Di zaman orde lama kita mengenal istilah Manipol/USDEK sebagai menifestasi dari pancasila demi melindungi bangsa Indonesia, kemudian belakangan dikenal sebagai doktrin rezim saat itu.
Saat orde baru, kita mengenal istilah P4 yang diselenggarakan oleh BP7 yang mewajibkan seluruh instansi pemerintahan maupun ormas melaksanakan penataran P4. Belakangan P4 dianggap sebagai gerakan politik terselubung untuk melanggengkan status quo rezim orde baru.
Era reformasi saat ini, dikenal lembaga BPIP yang berorientasi pada pembinaan ideologi pancasila terutama pada intansi pemerintahan. Seolah lembaga ini dianggap mumpuni melaksanakan pembinaan pancasila terhadap warga bangsa.
Belakangan tugas dan fungsi BPIP sering dipertanyakan, karena tumpang tindih dengan fungsi lembaga lain dalam memasyarakatkan pancasila.
Lembaga tersebut seperti MPR yang setiap tahun mensosialisasikan 4 pilar didalamnya ada pancasila, Lemhanas memiliki program TOT 4 konsensus kebangsaan didalamnya mensosialisasikan nilai-nilai pancasila serta lembaga pendidikan yang mengajarkan pancasila di setiap jenjangnya.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pancasila janganlah terlalu berharap kepada orang lain, maupun lembaga pemerintahan yang notabenenya melaksanakan nilai-nilai pancasila.
Filosofis hidup yang koheren dengan pancasila adalah kadang kita menunjuk satu jari kepada orang lain karena kejelekannya, tapi sadarkah bahwa tiga jari tangan kita menunjuk pada diri sendiri. Ini mengandung arti bahwa pancasila akan terlaksana secara murni dan konsekuen, marilah dimulai dari diri sendiri.
Selamat hari lahir pancasila 1 Juni 2023. Jayalah bangsaku.
Publish: Pebriyanto A. Hulinggi
Posting Komentar