KPMLhulondalo.com Potensi perikanan dan kelautan merupakan sebuah keniscayaan bagi
keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia pada umumnya dan masyarakat pesisir
terkhususnya. Bagaimana tidak, kurang lebih sekitar 70% isi bumi ini merupakan
luasan perairan, Indonesia pada khususnya kurang lebih 3.257.357 km² merupakan luas
perairannya ketimbang daratan yang hanya sekitar 1.922.570 km² dari total 5.180.053 km²
keseluruhan luasan wilayahnya (Badan Informasi Geopasial).
Hal ini tentu tidak bisa lepas dari potensi yang dimiliki oleh wilayah perairan itu sendiri, terlebih untuk wilayah lautnya yang masuk dalam coral triangle (segitiga terumbu karang) yang menyumbang 65% luas total dari coral triangle serta dihuni oleh 300-500 jenis karang. Hal ini bisa kita lihat dengan dimulainya pengembangan konsep blue economy yang mulai menjadi fokus Pemerintah Indonesia, selain green economy yang telah lebih dulu dicanangkan.
Satu dari sekian banyak potensi yang dimiliki oleh Indonesia adalah potensi pada sektor perikanan dan kelautan, mulai dari perikanan tangkap, budidaya air tawar, payau serta laut, industri perkapalan, industri pengolahan hasil perikanan, industri pariwisata dan pengelolaan kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.
Indonesia juga memiliki potensi ekosistem yang berperan penting sebagai penopang keberlangsungan hidup biota laut, serta turut memberikan peran guna mencegah ancaman bencana bagi kehidupan manusia di daratan khusunya untuk masyarakat yang mendiami wilayah pesisir.
Mangrove, terumbu karang, serta lamun adalah tiga ekosistem perairan laut yang menjadi benteng pertahanan baik untuk keberlimpahan biota laut juga mencegah terjadinya bencana yang bisa mengancam kehidupan manusia.
Sebab jika ditinjau dari fungsi ekologisnya; tiga ekosistem ini, selain sebagai daerah asuhan (nursery ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan tempat mencari makan (feeding ground) bagi ragam biota laut.
Mangrove, terumbu karang, serta lamun juga memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat baik sebagai ekowisata juga sebagai penghasil keperluan industri dan penghasil keperluan rumah tangga serta masih banyak manfaat lainnya.
Ironinya potensi ini justru masih jauh dari harapan dalam pemanfaatannya secara langsung di lapangan. Pasalnya, fakta di lapangan memperlihatkan bahwa masih banyak masyarakat pesisir atau mereka yang berprofesi sebagai nelayan masih jauh dari kata sejahtera.
Sebagaimana data yang di keluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021 tingkat kemiskinan masyarakat pesisir sebesar 12,5% atau 1,3 juta jiwa dari jumlah penduduk miskin ekstrem di Indonesia sebesar 10,86 juta jiwa.
Dengan kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, semestinya menjadi jawaban atas polemik kemiskinan yang dihadapai oleh masyarakat di semua Daerah yang ada di Indonesia.
Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu wilayah potensial dari empat kabupaten kota yang berada di Provinsi Gorontalo dengan kekayaan di sektor perikanan dan kelautan. Pasalnya, banyak potensi yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk menopang perekonomian masyarakat pesisir Pohuwato, mulai dari sektor pariwisata maupun hasil-hasil perikanan tangkap yang cukup melimpah.
Hal ini disebabkan kabupaten Pohuwato merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan teluk Tomini yang sejatinya menyimpan banyak kekayaan hasil lautnya.
Akan tetapi berdasarkan fakta dilapangan masih banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan yang masih mengalami kesulitan perekonomian, sebagaimana yang di sampaikan oleh ketua Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia (ISKINDO) dalam kegiatan lokakarya JAPESDA pada tahun 2021 bahwa Provinsi Gorontalo meruapakan Daerah yang kemiskinan masyarakat pesisirnya masuk dalam kategori ekstrem, salah satu daerahnya adalah Kabupaten Pohuwato.
Sehingga perlu perhatian lebih untuk menyelasaikan kemiskinan yang masih melanda masyarakat nelayan tersebut. Sektor kelautan dengan kekayaan ekosistem yang dimiliknya seakan belum bisa menjadi jawaban untuk problematika yang dihadapi oleh masyarakat nelayan.
Hal ini bukan tanpa alasan, Kabupaten Pohuwato merupakan salah satu daerah yang memiliki luasan mangrove yang cukup besar di Provinsi Gorontalo, juga memiliki luasan terumbu karang yang cukup besar. Namun, sayangnya ekosistem ini tidak termanfaatkan secara baik dan kerap kali menjadi dampak eksploitasi berlebih (Over Eksploitasi) dari beberapa orang yang tidak bertanggungjawab.
Mangrove misalnya, dengan dalih peningkatan ekonomi area luasan mangrove akhirnya di alihfungiskan menjadi lahan tambak udang vaname dan ikan bandeng. Tanpa menghitung dan memperkirakan dampak yang akan timbul setelahnya, hampir secara keseluruhan luasan area hutan mangrove di kabupaten Pohuwato telah di babat habis untuk pengalihfungsian lahan tambak.
Demikian halnya dengan terumbu karangnya, kita tahu bersama kabupaten Pohuwato merupakan bagian dari kawasan Teluk Tomini yang kaya akan sumberdaya lautnya dengan keanekaragaman hayati periairannya.
Teluk Tomini juga di daulat menjadi bagian dari kawasan Coral Triangel (Segitiga Terumbu Karang), yang semestinya ini adalah anugerah besar yang diberikan Tuhan untuk masyarakat kabupaten Pohuwato terkhusus masyarakat nelayan.
Sekali lagi fakta lapangan yang harus dihadapi adalah kerusakan ekosistem terumbu karang yang begitu luas. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini bisa terjadi, yang sangat problematik adalah pengeboman ikan yang marak terjadi sampai merusak terumbu karangnya dan tidak pernah menemui titik penyelesaian.
Tentu, aktivitas terlarang itu tidak sepenuhnya harus dilimpahkan kesalahannya pada para pelaku sebab jika mau menyelisik lebih jauh ada beberapa alasan yang menyebabkan para pelaku melakukan hal tersebut, salah satu alasannya adalah desakan perekonomian yang dihadapi oleh para pelaku, berikut kurangnya langkah edukatif untuk menyadarkan mereka serta minimnya peran pemerintah dalam pemerataan distribusi bantuan serta pengentasan kemiskinan yang mereka hadapi.
Akibat dari pegeboman ikan yang tidak kunjung menemui titik solusinya hingga saat ini, banyak yang harus menjadi korban dari makin luasnya kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh para pelaku pengeboman.
Salah satunya adalah makin berkurangnya hasil tangkapan ikan yang didapatkan oleh nelayan-nelayan kecil yang tidak memiliki modal lebih untuk menggunakan kapal besar dengan jarak tangkap yang jauh, sebab fishing ground makin menjauh yang sudah sangat sulit dijangkau oleh perahu-perahu nelayan kecil.
Pada dasarnya masalah yang masih terjadi di sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Pohuwato memerlukan kerjasama dari semua pihak termasuk masyarakatnya sendiri, banyak perilaku yang masih cenderung antroposentris mengakibatkan kerusakan alam laut kian hari kian bertambah mulai dari pembuangan sampah secara sembarangan ke lingkungan perairan sampai pada perusakan ekosistem karang dan mangrove.
Pemerintah pun mesti mengambil langkah cepat untuk penyelamatan kekayaan laut dan mengedukasi serta memberikan perhatian lebih kepada mereka yang mendiami serta mencari penghidupan di wilayah pesisir.
Misi besar pemerintah pusat menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia ini semstinya bisa terejawantahkan sampai pada ranah lokal dengan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat pesisr, dan juga kelangsungan sumberdaya alam laut untuk bisa dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Penulis: Abd. Wahid Hulopi
Editor: Pebriyanto A. Hulinggi
Posting Komentar