Reuni dan Memuliakan Ilmu Pengetahun


Oleh: Rasid Yunus

KPMLhulondalo.com Tulisan singkat ini dipersembahkan untuk para alumni SMA Negeri Lemito dari angkatan pertama sampai angkatan 2019 yang akan melaksanakan acara Reuni Akbar ke-III pada tanggal 23 s.d 24 Desember 2022.

Isinya memuat tentang konsep operasional kata alumni, manfaatnya baik kepada para alumni dan terutama kepada sekolah dan guru-guru terdahulu yang sangat berjasa mencetak serta mangantarkan alumni sampai pada titik kesuksesan. Selanjutnya selamat membaca.

Setiap saat kita menyaksikan acara reuni diberbagai level. Sebut saja alumni sebuah sekolah baik Sekolah Dasar/sederjat, Sekolah Menengah Pertama/sederajat, Sekolah Menengah Atas/sederajat, sampai alumni perguruan tinggi.

Bukan itu saja, acara reunian dilaksanakan pula oleh lembaga lain seperti alumni atlet/olahragawan, alumni  pekerja kantoran, alumni pekerja lembaga pemerintahan dan swasta, alumni jamaah haji dan umroh, alumni anggota dan pengurus organisasi kemahasiswaan dan kemasyarakatan dan lain sebagainya.

Reuni merupakan term yang dianggap asyik untuk melepaskan rasa kangen terhadap situasi dan zaman-zaman dahulu yang  berkesan. Reuni dianggap sarana yang tepat untuk menyambungkan kembali memori perjuangan yang dibangun bersama.

Secara harfiah “Reuni” menurut KBBI ialah pertemuan kembali bekas teman sekolah, teman seperjuangan dan sebagainya setelah lama berpisah karena aktivitas masing-masing. 

Secara etimologi “Reuni” berasal dari kata “Re” artinya mengulang atau kembali ditambah dengan imbuhan “Uni” yang berarti bertemu atatu mengulang kembali baik itu teman sekolah dan kawan seperjuangan yang telah berpisah cukup lama.

Sementara menurut wikepedia kata alumni atau seorang alumnus (jamak: alumni) merupakan lulusan sebuah sekolah maupun perguruan tinggi. Seorang alumnus bisa pula merupakan mantan anggota, karyawan, kontributor, mantan siswa atau mahasiswa.

Kata alumnus merupakan kata benda dari bahasa latin yang berarti “Anak Susuan Murid” yang berasal dari kata kerja Alere berarti “Menyusui” atau menuntun pada pola kehidupan bahagia di waktu yang akan datang.

Jadi, secara sederhana kata alumni dimaknai sebagai individu yang telah meninggalkan sebuah komunitas tertentu yang penuh dengan cerita, kesan, dan kenangan yang dalam perjalanan hidup selanjutnya memberikan manfaat yang luar biasa.

Karena kondisi itulah, tidaklah mengherankan para alumnus yang mengadakan acara reunian berpenampilan layaknya kondisi dulu yang diwarnai oleh kepolosan, lugu, pemalu, dan berbagai sikap lainnya yang mencerminkan sikap dahulu.

Acara yang ditampilkan pada reunian pun terkesan kebiasaan-kebiasaan dulu seperti jalan sehat bersama, pertunjukan hiburan dan kesenian, olahraga, ziarah ke makam para sahabat yang telah mendahului (meninggal dunia), pembentukan atau pergantian pengurus organisasi alumni,  malam putih abu-abu (ramah tamah), dan sebagainya.

Sepintas kegiatan yang disuguhkan tidaklah salah. Tetapi jika kegiatan ini menjadi rutinitas di setiap acara reunian, maka hal ini perlu ditelaah kembali. Karena dalam acara renunian bukan hanya bicara kepentingan para alumnus.

Penting untuk dilihat adalah variabel lain yaitu kepentingan atau kebermanfaatan terhadap institusi dan para guru sebagai sosok yang paling berjasa pada alumnus. Dua hal itu menurut penulis menarik untuk dipikirkan (jangka pendek dan panjang).

Cerita-cerita guru tak cukup rasanya diulas meski ribuan halaman buku disiapkan untuk merangkai kalimat tentang kerja keras, ketulusan, dan keikhlasan guru dalam mendidik, melatih, dan mengajar anak didiknya.

Harapan para guru tidaklah muluk-muluk, mereka hanya menginginkan generasi memiliki bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk mengarungi luasnya samudra kehidupan di masa yang akan.

Karena itulah momentum reuni merupakan salah satu ajang yang tepat untuk mengapresiasi prestasi dan prestise sang guru, menghormati mereka, membuat mereka tersenyum tulus, serta menghadirkan kembali masa-masa indah yang terlewati beberapa tahun sebelumnya.

Disamping itu, terkait dengan kebermanfaatan jangka pendek dan jangka panjang, beberapa agenda penting yang harus dirumuskan pada setiap reunian yakni kontribusi para alumnus untuk menunjang kegiatan rutin lembaga, dan turut memikirkan promosi atau jenjang karir para guru-guru di masa yang akan datang.

Menyangkut kontribusi, sepintas terkesan berat karena berkaitan dengan anggaran. Tetapi jika logika berpikir dibalik,  maka penulis yakin hal itu bisa diatasi. Sebagai contoh inisatif untuk melaksanakan kegiatan reuni. Awalnya tidak memiliki anggaran tapi karena didorong oleh keinginan kuat, maka reuni bisa dilaksanakan.

Demikian juga pada kontribusi untuk mengadakan sesuatu barang atau benda yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah, jika hal itu menjadi agenda utama pasti akan terwujud. Jadi persoalannya bukan pada anggaran, tetapi persoalannya pada mindset.  

Tentang promosi guru-guru yang berkeinginan menduduki jabatan strategis di atasnya, tugas para alumnus yang memiliki akses maupun jaringan di wilayah birokrat, politisi, dan lembaga profesional lainnya untuk mensuport dan membuka jalan agar keinginan guru tersebut terwujud.

Kerja-kerja seperti itu harus secara konsisten diperhatikan oleh alumnus di mana saja berada. Kerja tersebut merupakan bagian dari pengabdian dan rasa syukur para alumnus terhadap jasa para guru.

Hal lain yang dapat diperoleh dari usaha tersebut adalah kemuliaan. Karena jika dicermati secara mandalam perjuangan dan pengorbanan alumnus untuk membantu kelancaran kegiatan pembelajaran di sekolah, dan membantu guru berkarir ke jenjang yang lebih tinggi, maka itulah bentuk pengabdian.

Pengabdian yang dimaksud memiliki implikasi yang lebih pula, yakni memuliakan ilmu pengetahuan yang tersemai melalui gedung-gedung dan ketulusan serta keikhlasan para guru SMA Negeri 1 Lemito. Selamat ber-Reuni para Alumnus SMA Negeri 1 Lemito Kabupaten Pohuwato. Semoga bermanfaat.

Penulis: Rasid Yunus
Publish: Tim KPMLhulondalo

0/Post a Comment/Comments

Lebih baru Lebih lama