Dokumentasi Pribadi: P. Hulinggi |
KPMLhulondalo.com Perlunya melakukan kajian secara filsafat terkait bagaimana membentuk atau melahirkan pemimpin dalam sebuah organisasi pemerintahan maupun organisasi sektor privat, pemimpin perlu mengedepankan sikap kritis, rasional, membentuk karakter untuk menjadi dasar dan kunci utama dalam memimpin.
Perlu kita memahami untuk tidak menjadi pemimpin munafik yang hanya memanfaatkan masa (masyarakat), pemimpin harus bersikap kritis untuk menjalankan tugas dan kewajiban, perlunya mengedepankan kepentingan umum dan tidak melahirkan keputusan-keputusan yang sulit diterimah oleh orang banyak (tidak rasional).
Menjadi pemimpin tidaklah muda bagi kita jika melihat pemimpin-pemimpin sebelumnya telah berupaya mencapai kesuksesan dalam membangun desa, dimana mana baik tidaknya tindakan yang dilakukan tetap saja ada beberapa penilaian yang tidak baik, itulah bagian dari karakter masyarakat yang sudah tumbuh kembang dikehidupan sosial.
Saatnya (Masyarakat) diperhadapkan dengan tugas yang besar, dimana memilih pemimpin yang jernih pemikirannya dan tidak kaku dalam memimpin desa. Kita tidak lagi perlu bicara soal bagaimana membangun desa, tetapi kita perlu mencari solusi bagaimana mengembangkan desa dengan kondisi yang ada, ini merupakan tugas pemimpin yang dipercayakan oleh masyarakat untuk mengembangkan dan menampakkan bahwa desa itu benar-benar ada.
Mencapai dan menampakan bahwa desa benar-benar ada dengan berbagai potensi yang dimiliki maka perlunya menjadi pemimpin yang inspiratif, pemimpin taktis, pemimpin visioner, pemimpin yang reflektif, terbuka, dan fleksibel (Wattimena, R 2012). Sehingga bisa memperoleh status pemimpin sejati dalam membangun desa sebagaimana menjadi harapan masyarakat pada umumnya.
Beberapa poin sebelumnya perlu diaplikasikan oleh pimpinan dalam sebuah organisasi sehingga bisa memudahkan dalam mencapai visi dan misi organisasi. Kita perlu belajar dari beberapa permasalahan yang ada di beberapa desa dalam menjalankan program tidak atas dasar potensi yang dimiliki, sehingganya program tidak jalan dan hanya merugikan biaya yang tidak sedikit, masih adanya desa kurang transparan dalam hal pengelolaan pemerintahan maupun pengelolaan keuangan.
Tidak hanya itu, sebagian besar desa masih menggunakan sistem lama dan mengabaikan perkembangan teknologi dimana dampaknya desa diam ditempat dan sudah tertinggal dengan desa-desa dipulau jawa misalnya yang disebut sebagai desa digital. Hal demikian kurang diperhatikan oleh pemimpin desa dan kurang memanfaatkan peluang untuk mengembangkan desa.
Adapun pemimpin yang kurang paham dan tidak punya dasar-dasar pengalaman dalam urusan pemerintahan kemungkinan besar sulit untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat apalagi kebutuhan aparat yang bekerja, ini ditimbulkan karena orang tersebut tidak pernah berada diposisi itu, dimana menjadi bawahan yang diperintah untuk memperhatikan persoalan administrasi pemerintahan maupun yang berhubungan dengan kepentingan publik, sehingganya proses dalam sebuah organisasi sangat diperlukan dan masyarakat perlu jelih untuk menilai hal demikian.
Beberapa uraian sebelumnya ketika diaplikasikan dan dijalankan maka dengan mudahnya memperoleh kepercayaan yang besar dari masyarakat dan kepercayaan itulah perlu dijaga dengan sebaik-baiknya sehingga bisa menjadi pemimpin yang dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan desa.
Penulis: Pebriyanto A. Hulinggi
Posting Komentar