Dalam bidang kemiliteran, tercatat nama Sa’ad bin Abi Waqqasah yang masuk Islam ketika berumur 17 tahun. Khalid Muhammad Khalid dalam Biografi 60 sahabat Rasulullah menulis, Sa’ad adalah orang pertama yang melepaskan anak panah di jalan Allah. Ia ditunjuk menjadi panglima kaum Muslim di Irak dalam perang melawan Persia pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Pemuda lainnya, Usamah Bin Zais, pada usia18 tahun dipercaya Rasulullah untuk memimpin pasukan yang ada di dalamnya yaitu sahabat-sahabat ternama, seperti Abu Bakar Bin Khattab. Pasukan berhasil dengan gemilang mengalahkan tentara Romawi. Atab Bin Usaid diangkat menjadi Gubernur Makkah pada usia 18 tahun. Dua khasatria yang membunuh Abu Jahal dalam perang Badar, mu’adz bin Jamuh dan Mu’awwiz bin Afra, juga masih berusia belasan tahun.
Muda
dan berilmu
Di bidang keilmuan, ada Zaid Bin Tsabit, pemuda Anshar yang masuk Islam pada usia 11 tahun. Pada masa perang Badar dan Uhud, dengan semangatnya Zaid pernah memohon diizinkan berperang, namun ditolak oleh Rasulullah karena masih kecil. Ia baru diizinkan perang pada masa perang Khandaq tahun 5 H.
Bercerita masa depan berarti bercerita anak muda. Pemuda hari ini adalah the leader off tomorrow. Seorang perempuan perdana mentri pertama Inggris, Margaret Trachher pernah mengatakan “Watch your thoughts for they become words. Watch your words they become your actions. Watch your actions for they become yout habits. Watch your habits for they become your character. Watch your character for they become your destiny in other words what you think you becom”.
Perhatikan apa yang kita pikirkan karena itu akan keluar menjadi ucapan, menjadi kata-kata. Perhatikan apa yang kita ucapkan karena itu akan keluar menjadi tindakan, menjadi actions. Perhatikan apa yang kita lakukan, karena ketika itu diulang-ulang, mak dia akan menjadi habits (kebiasaan). Perhatikan kebiasaan kita mulai dari mata terbuka, sampai tertutup lagi. Karena dia akan menjadi karakter. Perhatikan karakter kita karena demikian lah takdir kita.
Dengan kata lain apa yang kita pikirkan demikian takdir kita. Urusan kun fayakun adalah urusan yang Maha Kuasa urusan kita adalah berikhtiar semaksimal mungkin. Ditanya perubahan besar dimulai darimana? Dimulai dari mindset kita sendiri. Pertanyaanya selama ini mindset kita diisi dengan apa?
Untuk menjawab hal itu, kiranya kita perlu merefleksi kutipan yang bernuansa nasionalisme milik mantan presiden Soekarno “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia. Kutipan yang menggambarkan bahwa seorang pemuda dipercaya bisa memiliki pengaruh besar terhadap lingkungan bahkan dunia.
Pada hari Jum’at 31 Oktober saya mengikuti Talks Show yang diselenggarakan oleh Komunitas Kejar Mimpi Langsa. Saya terinspirasi dengan salah satu pemateri yakni kak Sherly Annavita Rahmi S.Sos., M.SIPH. Beliau terlahir dari keluarga yang kurang mampu, penghasilan orang tuanya bisa dikatakan pas-pasan, tapi beliau tidak pernah putus asa tetap untuk menggapai cita-citanya beliau selalu mencari informasi soal beasiswa.
Beliau dari Provinsi paling barat di Indonesia yaitu Aceh. Beliau penerima 25 beasiswa kampus dalam dan luar negeri. Beliau mengambil program sarjana (S1) di Universitas Gadjah Mada kemudian dapat beasiswa dari pemerintah Austrlia untuk menempuh pendidikan. Selama kuliah di Australia beliau mendapat pengalaman yang menarik mahasiswa di kelasnya berjumlah 20 orang dan beliau satu-satunya perempuan yang berhijab artinya beliau minoritas di kelasnya, dan mendapat perlakuan yang berbeda.
Beliau yang paling pendek di kelas, jadi kalau duduk tak kelihatan dan yang terakhir beliau satu-satunya mahasiswa yang berasal dari Negara berkembang. Suatu ketika Sherly dicegat oleh Profesor setelah selesai kelas, Profesor memberikan tawaran yang menarik yaitu bagian dari “Social Impact Investment se Asia Pasifik” mengepalai menjadi delegasi untuk teman-teman muda se Asia Pasifik membuat project sosial yang nantinya akan terkonsentrasi di Australia dan di Negara-negara se Asia Pasifik.
Tetapi karena beliau teringat
ketiga amanah dari orang tuanya yaitu “ingat kodratmu sebagai anak bangsa
Indonesia” sehingga mau tidak mau beliau menyampaikan kepada Profesor :” kalau
memang saya bergabung ketim anda bisa memberikan secuil, sekecil sekali kebermanfaatan
untuk Australia maka izinkan itu saya lakukan di Indonesia, izinkan saya pulang
keindonesia, baik saya respect saya hormati dan saya hargai, kita tetap
komunikasi, jika ada sesuatu yang bisa saya bantu”sekarang beliau sudah di
Indonesia menjadi Dosen, Pengusaha, Milenial
Influencer, Master of Social Impact Investment, Australia.
“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan buat dikenal namanya, tetapi semata-mata untuk membela cita-cita (Mohammad Hatta).
Penulis ingin menegaskan bahwa setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Peletup semangat perjuangan menjadi pahlawan tidak hanya 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam kehidupan. Jiwa kepahlawanan kita tumbuhkan dengan membiasakan diri dalam urusan kemaslahatan masyarakat banyak.
Membekali diri dengan pengetahuan dan bertanggung jawab pada nilai kebenaran. Melalui gerakan intelektual yang mulia, tanggung jawab yang ada pada generasi kita untuk mewujudkan Indonesia yang hebat, Indonesia yang bermartabat, bisa diraih.Penulis: Fatra Abdullah
Editor: Rasid Yunus
Publish: Pebriyanto A. Hulinggi
Posting Komentar