Oleh: Rasid Yunus
Tidak terasa perjalanan Kesatuan Pelajar Mahasiswa Lemito (KPML) sudah memasuki usia lebih kurang 18 tahun. Dalam hitungan matematika usia ini masih terlalau muda. Tetapi, usia tersebut jika digunakan dalam konteks organisasi, maka tarasa sudah tua dan lama. Sebab hitungan organisasi setiap waktu adalah perubahan.
Olehnya, KPML sudah layaknya merefleksikan diri sebagai bahan evaluasi gerakan kedepan, sebagai bentuk tanggungjawab tarhadap pertumbuhan dan perkembangan daerah, khusunya Kecamatan Lemito serta lebih luas Gorontalo dan Indonesia.
Perubahan sebagaimana terjadi dibelahan dunia ini, jika tidak ada keberanian para aktornya, tidak mungkin terjadi. Sebagai contoh Revolusi Prancis, nama Napoleon Bonaparte tidak bisa dilepaskan dari peristiwa tersebut.
Revolusi Kuba yang menceritakan perjuangan seorang Ernesto Che Guevara yang bergerilya dari hutan dan mengepung rezim kota serta mendapat bantuan dari Fidel Castro. Teologi Pembebasan dipelopori oleh Guestafo Guiterest yang terjadi di Amerika Latin sebagai salah satu contoh teologi pembebasan di dunia saat ini.
Beribu-ribu tahun yang lalu, sebagaimana perjuangan Muhammad untuk menegakan agama Islam, sampai saat ini ajaran tersebut dinikmati oleh Umat Islam. Serta dalam konteks lokal Indonesia bagaimana perjungan bangsa Indonesia untuk mengusir para Kolonialis-Imprealis sehingga melahirkan Revolusi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Peristiwa tersebut merupakan contoh kecil dari beberapa peristiwa yang terjadi dibelahan bumi. Yang perlu disadari bahwa peristiwa tersebut tidak akan masuk dalam goresan tinta sejarah jika tidak ada keberanian para tokoh yang melakoninya.
Sebagai orang bijak, selayaknya
kita berkaca dari historis tersebut, dan kita jadikan bahan refleksi serta
merujuk pada aktualisasi gerakan kedepan. Hal ini sebagai bentuk pertanggungjawaban kita
sebagai Khalifah yang diberi amanah
oleh Sang Pencipta.
Dalam gerakan, kita tidak perlu menerapkan apa yang telah dilakukan oleh para pejuang yang telah diuraikan sebelumnya, karena medan dan kondisi yang dihadapi tentu berbeda. Tetapi nilai dan semangat itulah yang perlu kita tiru, dan dipandu oleh nilai, tradisi, serta kearifan lokal yang kita miliki.
KPML sebagai organisasi bersentrum lokal memiliki tanggungjawab besar untuk menopang dan memompa semangat para pelajar, mahasiswa serta pemuda untuk melibatkan diri disetiap gerakan perubahan.
Bahkan KH Hasyim Ashari berpendapat bahwa pemudalah yang punya peranan penting dalam perubahan suatu bangsa, jika kaum tua tidak bertanggungjawab secara totalitas. Juga menurut Sang Proklamator (Ir Soekarno) berilah saya satu Pemuda niscaya akan ku guncangkan dunia.
Setiap gerakan perubahan, peran personallah yang penting. Tetapi yang paling penting adalah sekumpulan personal tersebut tergabung dalan sebuah wadah yang terorganisir dengan matang dan memiliki ideologi gerakan yang jelas. Hal ini penting agar gerakan yang dibangun tidak menimbulkan multitafsir dan menghindari gerakan sporadis, pragmatis, oportunis dan feodalis.
KPML merupakan organisasi yang dibentuk untuk menampung ide konstruktif berskala lokal tanpa mengabaikan isu-isu kewarganegaraan dunia. Kesadaran terhadap sebuah perubahan adalah kewajiban semua insan dan tidak terkecuali kader KPML.
Perubahan akan datang manakala kehadirannya sangatlah dirindukan dan hal tersebut akan terjadi jika semua elemen memiliki kesadaran kolektif. Dengan kasadaran kolektif akan mudah melahirkan perubahan dan menghindari pengeksploitasian bumi dari orang-orang yang meraut keuntungan yang lebih.
Sebagaimana pernyataan Mahatma Ghandi “seberapa banyak potensi sumber daya alam, bumi pasti mampu menampungnya, tetapi bumi tidak akan mampu menampung beban akibat keserahkahan manusia”.
Sebagai contoh, seberapa derasnya curahan dan genangan air hujan pastilah hutan mampu menyerap air hujan tersebut. Tetapi jika hutan dieksploitir oleh manusia akibat dari illegal logging maka pastilah hutan tersebut tidak mampu menyerap air dan terjadilah erosi (banjir).
Dalam konteks perjuangan KPML kearah aplikatif gerakan perubahan, masih jauh dari harapan. Hal ini nampak dari aktifitas para kader maupun alumni yang masih terbawa arus masalah klasik, yakni pengadaan sekretariat, pengetahuan terarah kader dan pengurus.
Untuk itu, perlu untuk membekali pengetahuan kader dan pegurus KPML dengan teori-teori sosial kritis, agar mampu memetakan sumber masalah serta menghadirkan solusi jitu terhadap masalah yang dihadapi.
Kebangkitan dan kejayaan sebuah organ memerlukan pengorbanan dan perjuangan yang tidak bisa ternilai harganya. Pengorbanan tersebut timbul dari hati yang sungguh luar biasa dahsyatnya serta memiliki dasar dan ideologi yang kuat. Memposisikan diri untuk turut serta mencegah alienasi (keterasingan) sosial kemsyarakatan.
Secara faktual menurut pangamatan penulis, eksistensi KPML di kecamatan belum mampu meminimalisir alienasi/keterasingan masyarakat. Keterasingan yang dimaksud adalah belum semua masyarakat dapat mengakses sumber-sumber penghidupan yang layak, akibat dari dominasi dan eksploitasi kekuatan kultural-struktural. Olehnya, hal ini perlu mendapat perhatian serius dari kader dan pengurus KPML.
Apalagi pengurus KPML periode 2020/2021 baru dillantik beberapa hari yang lalu. Harapan begitu besar menanti. Harapan yang dimaksud ialah penataan internal organisasi, serta penguatan terarah intelektual kader.
Mudah-mudahan pengurus yang baru dilantik bisa membawa warnah organ ini kearah aktualisasi gerakan yang kontekstual dengan tantangan zamannya. Tanpa mengabaikan praktek kebaikan yang dilakukan oleh pengurus sebelumnya. Menjadi perekat kesadaran kolektif kader dan pengurus sehingga melahirkan kecintaan yang abadi terhadap KPML.
Sebagaimana pengabdian Bung Hatta yang tidak bisa terlupakan, yaitu pada saat diadili di Pengadilan Den Haag (Belanda) dia menyatakan hanya satu Negeri yang menjadi Negeriku yaitu Negeri Indonesia.
Khusus untuk pemuda Gorontalo, Pohuwato serta pemuda Lemito, sesuai amatan penulis masih terkontaminasi oleh dua kutub ekstrim yaitu: politik dan ekonomi. Dalam prespektif ekonomi terlibat langsung dalam percaturan proyek-proyek pemerintah.
Sedangkan dalam konteks politik, terlibat langsung dalam ranah politik-praktis dan hanya berperan sebagai wayang-wayang para elit. Kurang memahami skenario dan labirin politiknya para elit. Akhirnya terjebak pada permainan elit yang kurang mengedepankan nilai-nilai kebaikan dalam berpolitik.
Pertanyaannya: Secara umum untuk kedepan Pemuda dan terutama KPML mencita-citakan apa untuk Indonesia, Gorontalo dan Lemito? Tetapi apa pun jawabannya, jawaban itu harus mampu mendorong sebuah kebangkitan baru, Kebangkitan Indonesia Abad 21, kebangkitan sesuai semangat dan karakter zamannya.
Hal itu adalah peluang kesejarahan yang langkah. Peluang untuk memadukan dua kekuatan utama sejarah: Pemuda dan Kebangkitan. Sesungguhnya, momen itulah peluang untuk menciptakan sejarah.
Ironisnya, banyak
pemuda yang berbicara tantang peran generasi muda untuk bangsa, tetapi yang
dibicarakan hanyalah bagaimana mandapat peluang dan menggantungkan diri kepada
generasi tua yang mapan. Akhirnya yang
muncul adalah kader karbitan. Kita
berharap hal ini tidak terjadi pada kader-kader KPML. Semoga bermanfaat. Salam
hormat.
Penulis: Rasid Yunus
Editor & Publish:
Posting Komentar